Foto: Sardin, Mahasiswa Jurusan Ilmu Politik, FISIP UHO Kendari/sekitarSULTRA.com. |
sekitarSULTRA.com - Pemilu sebagai proses pemilihan jabatan pemerintah melalui proses penghitungan suarah yang dilakukan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Generasi muda disaratkan memilih calon kepala daerah yang bisa, mengontrol, mengurus, mengubah, menata, dan lain sebagainya guna untuk bisa di percaya bahwa memang dia benar-benar akan melaksanakan, tugas dari visi misinya.
Berharap calon pemimpin dapat membuat kebijakan yang dapat menyentuh rakyat kecil dan bisa menyejahterakan dalam pemerintahanya. Melalui mementum pilkada ini di harapkan pemilih muda sebagai pemilik suara, memilih pemimpin yang mampu mewujudkan asa bisa membawa perubahan dan kesejahteraan bagi rakyakt dalam program kampanye calon yang berbasis pada potensi daerah.
Di sisi lain, perubahan dibutuhkan pemimpin daerah yang mempunyai kemampuan mengatasi dan menghadapi tantangan krusial secara cepat dan tepat. Pemimpin daerah yang adaptif mampu mengambil langka-langkah yang di perlukan dan melibatkan berbagai pihak untuk menciptakan solusi yang efektif. Memaksimalkan semua potensi yang dimiliki daerah dengan menggunakan anggaran daerah.
kriteria calon pemimpin yang potensial dalam membangun daerah, diantaranya faktor utama yang terpenting dalam kepemimpinan adalah kepribadian. Pemimpin harus bertanggung jawab, lebih banyak terbuka, lebih bersemangat, lebih banyak akal, dan lebih banyak mengambil inisiatif melakukan perubahan dan aktif berpartisipasi dalam kehidupan sosial masyarakat.
Momentum pilkada ini diharapkan sosok pemimpin yang dipilih, bukan pemimpin karbitan, bukan pemimpin karena modal besar dan bukan juga karena dorongan pihak-pihak tertentu yang sarat dengan kepentingan politik. Pemimpin yang diharapkan adalah mereka yang mempunyai pegalaman dan kemampuan serta rekap jejak yang jelas. Kepala daerah yang terpilih nantinya diharapkan mempunyai visi misi serta program kerja yang berdampak langsung pada kesejahteraan rakyat.
Suara pemilih muda melahirkan pemimpin otentik dari proses pilkada 2024 sangat di perlukan untuk menggerakan nurani calon pemimpin dengan mengambil perubahan mendasar, inovatif dan memberdayakan potensi lokal. Pemimpin otentik dianggap sebagai individu yang mampu menyadari, menerima, dia mengenali dirinya sendiri, serta berkomunikasih secara terbuka dengan orang lain. Seorang pemimpin otentik menggunakan suatu pendekatan kepemimpinan yang menekankan pada kejujuran, keterbukaan, dan konsistensi antara nilai-nilai pribadi dan perilaku kepemimpinan.
Tentu mencari gaya kepemimpinan seperti ini tidaklah muda, mereka sulit di temukan, namun bukan berarti tidak dapat dilakukan, karena kepemimpinan adalah skills. Menghadirkan pemimpin otentik di tengah badai disrupsi dan krisis kepemimpinan saat ini menjadi suatu keharusan. Karena masyarakat menghendaki pemimpin sejati yang berani menunjukan jati dirinya.
Bukan pemimpin yang sembunyi di balik jabatan. Suda saatnya pemimpin otentik tampil untuk memajukan daerah dengan segala potensi yang dimiliki daerah. Bukan hanya mengandalkan popularitas tapi di butuhkan aksi nyata yang telah di buat dengan kemampuan dan jaringan yang dimiliki sehingga memberikan bukti bukan hanya sekedar janji.
Hal ini bisa menjadi pilihan bagi anak muda dalam menentukan pilihan saat pilkada nanti. Bagi pemilih muda, maka kesempatan untuk menggunakan hak pilih dapat dipakai untuk memberikan suara pada calon pemimpin yang sesuai dengan kriteria. Ingat, bahwa pilihanmu menentukan masa depan daerah kita tinggali, waktunya pemuda dengan nalar kritisnya mengambil peran dalam membangun bangsa.
Pilkada merupakan segala pengungkapan harapan mulia melalui pemaparan visi dan misi setiap pasangan calon pemimpin. Paling tidak memberikan harapan baru untuk menggapai kehidupan yang lebih baik dimasa mendatang, berkeadilan dan sejahtera.***
Penulis: Sardin, Mahasiswa Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Halu Oleo (UHO).